Jumat, 11 April 2014

Tugas 2 Kesehatan Mental

I. Stress
A. Arti Penting Stress
Stres adalah suatu kondisi anda yang dinamis saat seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu dan yang hasilnya dipandang tidak pasti dan penting. Stress adalah beban rohani yang melebihi kemampuan maksimum rohani itu sendiri, sehingga perbuatan kurang terkontrol secara sehat.
Stres tidak selalu buruk, walaupun biasanya dibahas dalam konteks negatif, karena stres memiliki nilai positif ketika menjadi peluang saat menawarkan potensi hasil. Sebagai contoh, banyak profesional memandang tekanan berupa beban kerja yang berat dan tenggat waktu yang mepet sebagai tantangan positif yang menaikkan mutu pekerjaan mereka dan kepuasan yang mereka dapatkan dari pekerjaan mereka. 
Stres bisa positif dan bisa negative. Para peneliti berpendapat bahwa stres tantangan, atau stres yang menyertai tantangan di lingkungankerja, beroperasi sangat berbeda dari stres hambatan, atau stres yang menghalangi dalam mencapai tujuan.Meskipun riset mengenai stres tantangan dan stres hambatan baru tahap permulaan, bukti awal menunjukan bahwa stres tantangan memiliki banyak implikasi yang lebih sedikit negatifnya dibanding stres hambatan.

B. Tipe-tipe stress
Positif stres bisa membantu kita melakukan perubahan dalam hidup. Tak sedikit yang berganti profesi atau menemukan jalan keluar yang jitu dari suatu masalah. Positif stres juga membantu kita menyadari ada sesuatu yang salah dan harus diperbaiki. Penemuan-penemuan penting dalam bidang teknologi atau disain kreatif biasanya berasal dari stres tipe ini. 

Yang termasuk dalam kelompok negatif stres diantaranya adalahdistress. Perasaan stres ini muncul saat seseorang sedang frustasi, takut, atau punya kemarahan yang belum dilampiaskan. Bila terlalu sering mengalami distress, akibatnya adalah tekanan mental. Kemudian ada juga understress, yang terjadi saat seseorang mulai kehilangan tantangan. Manajemen kantor yang salah atau minimnya kesempatan untuk berpartisipasi dan menunjukkan skill sering menyebabkan stres tipe ini. Understressbisa mendorong kita pada masalah baru. Jenuh dan perasaan tak berdaya adalah dua efek dari stres ini, akibatnya kita jadi kehilangan motivasi untuk bekerja. 

Tipe negatif stres terakhir adalah over-stress. Stres ini terjadi setelah seseorang bekerja keras atau berusaha berlebihan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan demi memenuhi tenggat. Kondisi ini terus berulang karena kita tak punya waktu untuk break dan menarik napas sejenak, sehingga pikiran kita hanya terfokus pada cara menyelesaikan pekerjaan secepat mungkin. Over-stress bisa berakibat pada berkurangnya kemampuan atau kreatifitas

c. Symptom reducing respons terhadap stress
Macam penyesuaian diri terhadap stres, ada dua yaitu:
a.  Penyesuaian yang bersifat mengurangi atau memperlemah simtom stres
b.  Penyesuaian yang sifatnya berusaha atau membantu mengatasi secara lebih terarah sumber stres yang ada, disebut dengan penyesuaian efektif.

·    Penyesuaian yang bersifat mengurang simtom stress
Dibagi menjadi dua macam, yaitu :
1)  Yang bersifat tak disadari: seringkali dilakukan adalah defense mechanism  
      (mekanisme pertahanan diri atau ego).
2)  Yang bersifat disadari: membicarakannya dengan orang lain

d. Pendekatan problem solving tindakan stress
Strategi koping yang berhasil mengatasi stres harus memiliki empat komponen pokok:
Peningkatan kesadaran terhadap masalah: mengetahui dan memahami masalah serta teori yang melatarbelakangi situasi yang tengah berlangsung.
1.      Pengolahan informasi: suatu pendekatan dengan cara mengalihkan persepsi sehingga ancaman yang ada akan diredam. komponen ini meliputi pengumulan informasi dan pengkajian sumber daya yang ada untuk memecahkan masalah.
2.      Pengubahan perilaku: suatu tindakan yang dipilih secara sadar dan bersifat positif, yang dapat meringankan, meminimalkan, atau menghilangkan stressor.
3.      Resolusi damai: suatu perasaan bahwa situasi telah berhasil di atasi.

2. Hubungan Interpersonal
A.    Model-model hubungan interpersonal
Model hubungan komunikasi interpersonal tersebut meliputi:
·         model pertukaran sosial (social exchange model)
Dikenal dengan istilah social exchange model biasanya mengidentikkan hubungan interpersonal dengan suatu transaksi dagang (tawar menawar).
·         model peranan (role model)
Jadi, dalam setiap hubungan individu memiliki perannya masing-masing sesuai dengan ekspektasi peranannya (role expectation) dan tuntutan peranan (role demands).
·         model permainan (games people play model)
Teori analisis transaksional telah menjadi salah satu teori komunikasi antarpribadi yang mendasar. Dan analisis transaksional adalah salah satu pendekatan Psychotherapy yang menekankan pada hubungan interaksional.
·         model interaksional (interactional model).
Dalam model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem. Transaksi disini dalam komunikasi kemudian disetarakan artinya sebagai suatu proses sebab akibat atau aksi reaksi.
B.     Pembentukan kesan dan ketertarikan interpersonal
Adapun tahap-tahap hubungan interpersonal yakni meliputi :
1.       Pembentukan.
Tahap ini sering disebut juga dengan tahap perkenalan. Beberapa peneliti telah menemukan hal-hal menarik dari proses perkenalan. Fase pertama, “fase kontak yang permulaan”, ditandai oleh usaha kedua belah pihak untuk menangkap informasi dari reaksi kawannya. Masing-masing pihak berusaha menggali secepatnya identitas, sikap dan nilai pihak yang lain. Bila mereka merasa ada kesamaan, mulailah dilakukan proses mengungkapkan diri. Pada tahap ini informasi yang dicari meliputi data demografis, usia, pekerjaan, tempat tinggal, keadaan keluarga dan sebagainya.
Menurut Charles R. Berger informasi pada tahap perkenalan dapat dikelompokkan pada tujuh kategori, yaitu:
a)      informasi demografis.
b)     sikap dan pendapat (tentang orang atau objek).
c)      rencana yang akan datang.
d)     kepribadian.
e)      perilaku pada masa lalu.
f)       orang lain serta,
g)     hobi dan minat.

2.       Peneguhan Hubungan.
Hubungan interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi selalu berubah. Untuk memelihara dan memperteguh hubungan interpersonal, diperlukan tindakan-tindakan tertentu untuk mengembalikan keseimbangan. Ada empat faktor penting dalam memelihara keseimbangan ini, yaitu:
a)      keakraban (pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang antara komunikan dan komunikator).
b)     Kontrol (kesepakatan antara kedua belah pihak yang melakukan komunikasi dan menentukan siapakah yang lebih dominan didalam komunikasi tersebut).
c)      respon yang tepat (feedback atau umpan balik yang akan terima jangan sampai komunikator salah memberikan informasi sehingga komunikan tidak mampu memberikan feedback yang tepat).
d)     nada emosional yang tepat (keserasian suasana emosi saat komunikasi sedang berlangsung).

C. Intimasi dan hubungan pribadi
Pendapat beberapa ahli mengenai intimasi, di antara lain yaitu :
a)      Shadily dan Echols (1990) mengartikan intimasi sebagai kelekatan yang kuat yang didasarkan oleh saling percaya dan kekeluargaan.
b)      Sullivan (Prager, 1995) mendefinisikan intimasi sebagai bentuk tingkah laku penyesuaian seseorang untuk mengekspresikan akan kebutuhannya terhadap orang lain.
c)       Steinberg (1993) berpendapat bahwa suatu hubungan intim adalah sebuah ikatan emosional antara dua individu yang didasari oleh kesejahteraan satu sama lain, keinginan untuk memperlihatkan pribadi masing-masing yang terkadang lebih bersifat sensitif serta saling berbagi kegemaran dan aktivitas yang sama.
d)      Levinger & Snoek (Brernstein dkk, 1988) merupakan suatu bentuk hubungan yang berkembang dari suatu hubungan yang bersifat timbal balik antara dua individu. Keduanya saling berbagi pengalaman dan informasi, bukan saja pada hal-hal yang berkaitan dengan fakta-fakta umum yang terjadi di sekeliling mereka, tetapi lebih bersifat pribadi seperti berbagi pengalaman hidup, keyakinan-keyakinan, pilihan-pilihan, tujuan dan filosofi dalam hidup. Pada tahap ini akan terbentuk perasaan atau keinginan untuk menyayangi, memperdulikan, dan merasa bertangung jawab terhadap hal-hal tertentu yang terjadi pada orang yang dekat dengannya.
e)      Atwater (1983) mengemukakan bahwa intimasi mengarah pada suatu hubungan yang bersifat informal, hubungan kehangatan antara dua orang yang diakibatkan oleh persatuan yang lama. Intimasi mengarah pada keterbukaan pribadi dengan orang lain, saling berbagi pikiran dan perasaan mereka yang terdalam. Intimasi semacam ini membutuhkan komunikasi yang penuh makna untuk mengetahui dengan pasti apa yang dibagi bersama dan memperkuat ikatan yang telah terjalin. Hal tersebut dapat terwujud melalui saling berbagi dan membuka diri, saling menerima dan menghormati, serta kemampuan untuk merespon kebutuhan orang lain.

sumber:
Dewi, K.S.(2012). Kesehatan Mental. Semarang: Universitas Diponegoro
http://dinadiansari.tumblr.com/post/48268751019/stress
http://shafashan15.blogspot.com/2012/04/hubungan-interpersonal.html
mti.ugm.ac.id/~priyoatmojo/materi/kip/03.pdf


Tidak ada komentar:

Posting Komentar