1.
Empowerment, stress dan konflik
A.
Definisi Empowerment
Richard
Carver, Managing Director dari Coverdale Organization mendefinisikan empowerment
sebagai mendorong dan membolehkan seseorang untuk mengambil tanggung jawab
secara pribadi untuk meningkatkan atau memperbaiki cara-cara menyelesaikan
pekerjaan sehingga dapat meningkatkan kontribusi dalam pencapaian sasaran
organisasi. Empowerment memerlukan penciptaan budaya yang mendorong
pegawai dalam setiap tingkatan untuk melakukan sesuatu yang berbeda dan
membantu pegawai untuk percaya diri dan kemampuan untuk melakukan perubahan.
B. Kunci
efektif empowerment dalam manajemen
Konsep pemberdayaan (empowerment), menurut Friedmann muncul
karena adanya dua primise mayor, yaitu “kegagalan” dan “harapan”. Kegagalan
yang dimaksud adalah gagalnya model pembangunan ekonomi dalam menanggulangi
masalah kemiskinan dan lingkungan yang berkelanjutan, sedangkan harapan muncul
karena adanya alternatif-alternatif pembangunan yang memasukkan nilai-nilai
demokrasi, persamaan gender, peran antara generasi dan pertumbuhan ekonomi yang
memadai. Dengan dasar pandangan demikian, maka pemberdayaan masyarakat erat
kaitannya dengan peningkatan partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan
keputusan pada masyarakat, sehingga pemberdayaan masyarakat amat erat kaitannya
dengan pemantapan, pembudayaan dan pengamalan demokrasi.
C. Definisi
stress
Sedangkan menurut Handoko (1997),
stress adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir
dan kondisi seseorang. Stress yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan
seseorang untuk menghadapi lingkungannya.
D.
Sumber-sumber stress pada manusia
Sarafino
(dalam Mumtahinnah, 2008) membedakan sumber-sumber stres, yaitu dalam diri
individu, keluarga, komunitas dan masyarakat.
1. Sumber-sumber Stres di Dalam Diri
Seseorang
Menurut Sarafino (dalam Mumtahinnah,
2008) kadang-kadang sumber stres itu ada di dalam diri seseorang. Tingkatan
stres yang muncul tergantung pada keadaan rasa sakit dan umur individu.
2. Sumber-sumber Stres di dalam Keluarga
Stres di sini dapat bersumber dari
interaksi di antara para anggota keluarga.
3. Sumber-sumber Stres di Dalam Komunitas dan Lingkungan
Beberapa pengalaman stres orangtua
bersumber dari pekerjaannya, dan lingkungan yang stresfull sifatnya.
4. Pekerjaan
Diantara faktor-faktor yang membuat
suatu pekerjaan itu stressfull adalah tuntutan kerja.
5. Stres yang Berasal dari Lingkungan
Lingkungan yang dimaksudkan di sini
adalah lingkungan fisik, seperti:
Kebisingan, suhu terlalu panas, kesesakan.
E.
Pendekatan
terhadap stress, pendekatan individu dan pendekatan perusahaan :
Robbins dalam (Rini, 2010)
menyebutkan dua pendekatan dalam mengatasi stres, yaitu:
1. Pendekatan individu
Seorang
dapat memikul tanggung jawab pribadi untuk mengurangi tingkat stresnya.
Strategi individu yang telah terbukti efektif adalah:
- Teknik manajemen waktu
- Meningkatkan latihan fisik
- Pelatihan pengenduran (relaksasi)
- Perluasan jaringan dukungan sosial
2. Pendekatan perusahaan
Beberapa
faktor yang menyebabkan stres terutama tuntutan tugas dan peran, struktur organisasi dikendalikan oleh manajemen.
Strategi yang digunakan:
- Perbaikan seleksi personil dan
penempatan kerja
- Penggunaan penetapan tujuan yang
realistis
- Perancangan ulang pekerjaan
- Peningkatan keterlibatan kerja
- Perbaikan komunikasi organisasi
- Penegakkan program kesejahteraan
korporasi
F. Definisi konflik
Menurut Killman dan Thomas (1978), konflik adalah kondisi terjadinya ketidakcocokan
antar nilai atau tujuan-tujuan yang ingin dicapai, baik yang ada dalam diri
individu maupun dalam hubungannya dengan orang lain. Kondisi yang telah
dikemukakan tersebut dapat mengganggu bahkan menghambat tercapainya emosi atau
stres yang mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja.
G. Jenis-jenis konflik
Menurut
Dahrendorf, konflik dibedakan menjadi 6
macam :
1) Konflik
antara atau dalam peran sosial (intrapribadi), misalnya antara
peranan-peranan dalam keluarga atau profesi (konflik peran (role).
2) Konflik antara kelompok-kelompok
sosial (antar keluarga, antar gank).
3) Konflik
kelompok terorganisir dan tidak terorganisir (polisi melawan massa).
4) Konflik antar satuan
nasional (kampanye, perang saudara).
5)
Konflik
antar atau tidak antar agama.
6)
Konflik
antar politik.
7)
Konflik
individu dengan kelompok.
H. Jelaskan proses konflik
Proses Terjadinya Konflik Menurut Beberapa Para Ahli :
1.
Menurut
Hendricks, W.(1992) prose terjadinya konflik terdiri dari 3 tahap :
1)
Peristiwa sehari-hari , yaitu
ditandai dengan adanya individu meresa tidak puas atau jengkel terhadap
lingkungan kerja.
2)
Adanya tantangan, yaitu apabila terjadi masalah,
individu saling mempertahankan pendapat mereka masing-masing dan menyalahkan
pihak lain. Masing-masing anggota menganggap perbuatan yang dilakukan sesuai
dengan standar dan aturan aaaaorganisasi.
3) Timbulnya
pertentangan, yaitu pada tahap ini masing-masing individu atau kelompok bertujuan untuk menang dan
mengalahkan kelompok lain.
2. Menurut
Kenneth Thomas (Owens, 1991). Kenneth Thomas mengemukakan episode gerak konflik
digerakkan oleh perasaan frusttasi (kekecewaan) dari suatu kelompok
karena aksi pihak lain, misalnya : penolakan permintaan, pertentangan atau
penghinaan, sehingga masing-masing kelompok menyadari adanya konflik dan
memasuki tahap konsepstualisasi, dan proses terjadi secara subjeytif.
Selanjutnya, tinggi atau rendahnya konflik bergantung pada persaingan,
keterbukaan dan kepekaan yang dimiliki oleh masing-masing kelompok. Sedangka hasill
(outcome) merupakan proses terakhir dari tahapan konflik yang berupa
; frustasi, sikap permusuhan, motivasi kkera, atau produktivitas kerja. Hasil
akhir dari prilakku yang dimaksud akan berpengaruh pada episode berikutnya.
3. Menurut
Terry , G. R. (1986). Menjelaskan bahwa, konflik pada umumnya mengikuti pola
yang teratur yang ditandai timbulnya krisis, selanjutnya terjadi
kesalahpahaman antar individu maupun kelompok, dan konfrontasi menjadi
pusat perhatian, pada tahap berikutnya krisis dialih untuk diarahkan dan
dikelola.
4.
Menurut
Louis R.Pandy mengukapkan proses konflik terdiri dari 5 tahap :
1) Tahap I
konflik laten yaitu tahap munculnya factor-faktor penyebab konflik
dalam organisasi yaitu :
a. Saling
ketergantungan kerja
b. Perbedaan
tujuan dan prioritas
c. Perbedaaan
status
d. Sumber
daya yang terbatas
2) Tahap II
konflik yang dipersepsikan (konflik yang dirasakan) , pada tahap ini salah
satu pihak memandang pihak lain sebagai penghambat atau mengancam pencapaina
tujuan.
3) Tahap III
Konflik yang dirasakan, pada tahap ini konflik tidak sekedar dipandang ada, akan tetapi benar-benar sudah
dirasakan.
4) Tahap IV
konflik yang dimanifestasikan, pada tahap ini prilaku tertentu
sebagai indicator konflik sudah mulai ditunjukan, seperti adanya sabotase,
agresi terbuka, konfrontasi, rendahnya kenerja dan lain-lainnya.
5) Tahap V
konflik Aftermath, jika konflik benar-benar diselesaikan maka hal itu akan meningkatkan
hubungan para anggota organisasi. Hanya
jika penyelesaian tidak tepat maka akan timbul konflik baru.
DAFTAR PUSTAKA
Mumtahinnah,
N. (2008). Hubungan antara stress dengan agresi pada ibu rumah tangga
yang tidak bekerja. Jurnal. Universitas Gunadarma. Diakses
tanggal 10 Januari 2013.
Rini.
(2010). Pendekatan yang digunakan dalam mengatasi streskerja dalam suatu
organisasi.
Jurnal Ilmiah. Vol 2 No. 3.
Politeknik Negeri Sriwijaya. Diakses pada 10 Januari 2010.