Pengertian
keadilan.
Keadilan
Makna
kata adil memiliki arti seimbang, tidak berat sebelah, tidak memihak yang salah
atau benar. Bahkan kata adil dapat diartikan sebagai sesuatu yang harusnya
terjadi, tidak sewenang wenang. Keadilan pada hakikatnya adalah memperlakukan
seseorang atau pihak lain sesuai dengan haknya. Hakikat keadilan dalam
pancasila, UUD 1945, dan GBHN, kata adil terdapat pada:
1.
Pancasila yaitu sila kedua dan
kelima.
2.
Pembukaan UUD 1945 yaitu alinea 11
dan 1V.
3.
GBHN 1999-2004 tentang visi.
Keadilan
sosial
Keadilan
sosial mengandung arti memelihara hak hak individu dan memberikan hak hak
kepada setiap orang yang berhak menerima karena manusia adalah makhluk sosial,
makhluk yang tidak bisa berdiri sendiri dalam memenuhi segala kebutuhannya. Inilah
salah satu alasan Allah menciptakan manusia dalam beragam warna suku dan
bahasa, suku dan ras, agar tercipta sebuah kebersamaan dan keharmonisan
diantara manusia yang saling memenuhi kebutuhan masing masing maka kebersamaan
dan ketergantungan tercipta dan ini merupakan Allah yang maha adil.
Kejujuran
Kejujuran
termasuk perbuatan yang terpuji. Kejujuran atau jujur berarti apa yang
dikatakannya sesuai dengan kenyataan yang ada. Sedang kenyataan yang ada itu
adalah kenyataan yang benar-benar ada. Jujur juga berarti seseorang bersih
hatinya dari perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama dan hukum. Untuk itu
dituntut satu kata dan perbuatan, yang berarti bahwa apa yang dikatakan harus
sama dengan perbuatannya. Karena itu jujur berarti juga menepati jani atau
kesanggupan yang terlampitr melalui kata-kata ataupun yang masih terkandung
dalam hati nuraninya yang berupa kehendak, harapan dan niat. Seseorang yang
tidak menepati niatnya berarti mendustai diri sendiri. Apabila niat telah
terlahir dalam kata-kata, padahal tidak ditepati, maka kebohongannya disaksikan
oleh orang lain. Sikap jujur perlu dipelajari oleh setiap orang, sebab
kejujuran mewujudkan keadilan, sedangkan keadilan menuntut kemulian abadi,
jujur memberikan keberanian dan ketentraman hati, serta menyucikan lagi pula
membuat luhurnya budi pekerti.
seseorang
mustahil dapat memeluk agama dengan sempurna, apa bila lidahnya tidak suci.
Teguhlah pada kebenaran, sekalipun kejujuran dapat merugikanmu, serta jangan
pula berdusta, walaupun dustamu dapat menguntunganmu. Barang siapa bertindak
sesuai dengan kenyataan artinya orang itu berbuat benar, maka sungguh dapat
sempurna. (Suryadi.1986).
kecurangan
kecurangan
adalah termasuk perbuatan tercela. Kecurangan atau curang identik dengan
ketidakjujuran atau tidak jujur, dan sama pula dengan licik, meskipun tidak
serupa benar. Sudah tentu kecurangan itu adalah lawan kata dari kejujuran.
Curang
atau kecurang artinya apa yang dikatakan tidak sesuai dengan hati nuraninya.
Atau, orang itu memang dari hatinya sudah berniat curang dengan maksud
memperoleh keuntungan tanpa bertenaga dan usaha? Sudah tentu keuntungan itu
diperoleh dengan tidak wajar. Yang dimaksud dengan keuntrungan idi sini adalah
keuntungan yang berupa materi. Mereka yang berbuat curang menganggap akan
mendatangkan kesenangan atau keenakan,meskipun orang lain menderita karena
ulahnya.
Kecurangan
menyebabkan manusian menjadi serakah, tamak, ingin menimbun kekayaan yang
berlebihan dengan tujuan agar dianggap sebagai orang paling hebat, paling kaya,
dan senang bila masyarakat di sekelilingnya hidup menderita. Orang seperti itu
biasanya tidak senang bila ada yang melebihi kekayaannya. Padahal agama apa pun
tidak membenarkan orang yang mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya tanpa
menghiraukan orang lain, lebih pula mengumpulkan harta dengan cara yang curang.
Hal semacam itu salam istilah agama tidak diridhoi Tuhan.
Bermacam-macam
sebab orang melakukan kecurangan. Ditinjau dari hubungan manusia dengan alam
sekitarnya, ada empat aspek yakni ekonomi, aspek kebudayaan, aspek peradaban
dan aspek teknik. Apabila keempat aspek tersebut dilaksanakan secara wajar,
maka segalanya akan berjalan sesuai dalam hatinya telah digerogoti jiwa tamak,
iri, dengki, maka manusia akan melakukan perbuatan yang melanggar norma
tersebut, dan terjadilah kecurangan.
Tentang baik dan
buruk ini Pujowiyatno dalam bukunya “Filsafat sana-sini” menjelaskan bahwa
perbuatan yang sejenis dengan pebuatan curang, misalnya membohong, menipu,
merampas, memalsu, dan yang lain adalah bersifat buruk. Lawan kata buruk sudah
pasti baik. Baik buruk itu berhubungan dengan kelakuan manusia. Pada diri
manusia seakan-akan terjadi peperangan, ada perlawanan antara yang baik yang
buruk. Baik merupakan tinggkah laku, karena itu diperlukan untuk menilainya.
Namun, sukarlah untuk mengajukan ukuran penilaian mengenai hal yang penting
ini.
Dalam
soal pewayangan baik dan buruk ini juga
diajukan tidak secara teori, juga tidak ditunjuk jelas apakah yang menjadi
ukuran baik. Namun terang sekali ajaran pewayangan secaran kongkret, ksatria
yang dianggap wakil kebaikan, kalau berperang dengan raksasa sebagai wakil
kebaikan, itu tentu menang; tidak selalu segera, tetapi kemenangan terakhir
tentulah kebaikan.
Malah
ada beberapa sarjana yang mengatakan bahwa pewayangan itu hanya menggambarkan
peperangan antara yang baik dan buruk. Mungkin ini secara Barat banyak benarmya,
kami katakana secara Barat, karena pikiran orang Barat suka kepada yang
abstrak, belaku umum. Tetapi kalau ditinjau dari segi alam pewayangan itu
sendiri, kami rasa kurang cocok, karena di situ serba konkret dan serba
tertentu dan kalau hendak mencari yang umum dari yang konkret itu, diserahkan
saja pada penonton wayang. Biasanya intipun tidak terlalu perlu, karena dalam
tingkah laku yang sebenarnyaitu konkret pula.
Dalam
tingkah laku yang konkret itu ternyata sulit untuk membedakan mana tingkah laku
yang baik dan mana yang sebaliknya. Mungkin saja dicarikan alas an-alasan yang
menerangkan bahwa yang buruk itu baik juga, tetapi akhirnya itu juga akan nyata
buruknya. Dalam bahasa jawa ada ungkapan “Becik ketitik, ala ketara”, artinya
yang baik akan nampak dan yang pun juga akan nampak. Siapa yang baik, dan siapa
yang buruk tingkah lakunya?
Pertunjukan
wayang dalam ceritera-ceritera itu sudah tua sekali dan waktu itu masih zaman
feudal. Yang dianggap baik adalah raja. Raja tidak dapat keliru serba benar dan
serba baik.
Dalam
pewayangan, yang baik ialah raja pewayangan, tidak semua raja, melainkan raja
tanah Jawa, itulah yang sebenarnya raja. Semua peristiwa dalam pewayangan
terjadi di tanah Jawa atau sehubungan dengan tanah Jawa. Itu tentu tidak perlu
Jawa geografik sekarang ini, tetapi tanah Jawa perwayangan.
Kalau
demikian yang melawan tanah Jawa itu, yang hendak merusak dan menjajah, mau
menfitnah, semuanya yang melawan raja itu berarti melawan yang baik dan dengan
demikian burulah ia sehingga akhirnya tentu kalah juga.
Dalam
pewayangan, terutama wayang purwa, lakon-lakon diangkat dari siklus Pandawa
sebab raja-rajanya itu menurut kepercayaan mereka juga keturunan Wisnu. Dalam
lakon-lakon itu, Pandawa juga selalu
baik, serba jujur, tulus, kuasa tetapi sederhana, suka member pertolongan juga
kepada dewa kalau ada kesulitan.
Sebaliknya,
Kurawa merupakan penjelmaan buruk, tidak jujur, tidak tahu apa-apa, tidak dapat
perang, kalau berperang selalu kalah. Rajanya waktu heandak kawin saja harus
ditolong oleh Harjuna.
Penasihatnya,
Pandita Dorna. Itu pun pendeta yang jujur, bukan ahli tapa, tetapi iri hati,
congkak. Hanya pembicaraannya yang muluk-muluk, tetapi sebetulnya tak berarti
sehingga ia bukanlah pendeta yang sebenarnya karena tidak mencari kebenaran.
Yang
diutaran di atas itu tidak semuanya sesuai dengan ceritera dalam sumber
ceritera-ceritera itu. Penjelasan itu hanya bertujuan menerangkan adanya
perlawanan baik dan buruk, dan perlawanan ini total, lebih dari bumi langit
atau terang dan gelap, melainkan baik lawan tidak baik, buruk.
Dapat disimpulkan bahwa :
Kecurangan
dan sifat-sifat jahat yang serupa seperti penipuan, pemalsuan, pembohongan,
perampokan, dan lainlain merupakan bagian hidup manusia.
Bermacam-macam
sebab orang melakukan kecurangan. Ditinjau dari hubungan manusia dengan alam
sekitarnya, ada empat aspek yakni aspek ekonomi, aspek kebudayaan, aspek
peradaban, dan aspek taknik. Apabila keempat aspaek tersebut dilaksakan secara
wajar, maka segalanya akan berjalan sesuai norma-norma moral atau norma hokum.
Akan tetapi, apabila manusia dalam hatinya telah digerogoti jiwa iri, tamak,
dengki,maka manusi akan melakukan perbuatan yang melanggar norma tersebut, dan
terjadilah kecurang.
Selain
dari pada itu, kehidupan selalu ada baik dan buruk. Dalam konflik, yang baik
selalu menang, meskipun pada awalnya kalah. Yang baik itulah yang sesuai dengan
kata hati. Seperti halnya Rahwana yang tidak baik, maka adiknya Kumbakarna dan
Wibisana tak mau mereka membela yang tidak baik
karena kedua adiknya mengikuti kata hati.
Kecurang
banyk menimbulkan kreatifitas bagi seniman. Oleh karena itu, banyak hasil
seniman yang lahir dari imajinasi kecurangan. Hasil seni itu, antara lain seni
tari (sendratari), seni sastra (novel, roman, cerpen), drama, film, filsafat,
dan lain-lain.
Pembalasan
Pembalasan
ialah suatu reaksi atas perbuatan orang lain. Reaksi itu dapat berupa perbuatan
yang serupa, perbuatan yang seimbang, tingkah laku yang serupa, tingkah laku
yang seimbang.
Sebagai
contoh, A memberikan makanan kepada B. di lain kesempatan B memberikan minuman
kepada A. Perbuatan tersebut merupakan perbuatan serupa, dan ini merupakan
pembalasan.
A
memberikan baju kepada B pada hari ulang tahunnya. Pada hari ulang tahun A, B
memberikan tas sekolah kepada A. kedua perbuatan ini adalah perbuatan yang
seimbang.
Dalam
film “Nasib si Miskin” tokoh Iwan ditolong oleh Yus. Pada waktu Yus sakit, Iwan
merawat dan membelikan obat, bahkan menganggap kakak sendiri. Pembalasan
tersebut merupakan pembalasan yang positif dan merupakan tindakan yang sesuai
dengan jasanya.
Pembalasan
yang negatif, secara sederhana dapat diberikan contoh sebagai berikut : A memukul
B, B membalas memukul A. Contoh lain dalam film “Nila di Daun Putih”,ibu Dewi
dihina oleh Henry,paman Lukman. Lukman adalah pacar Dewi. Ibu Dewi marah
berteriak histeris karena merasa sakit hati. Perbuatan tersebut merupakan
perbuatan yang seimbang.
Dalam
Al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang menyatakan bahwa Tuhan mengadakan pembalasan.
Bagi yang bertakwa kepada Tuhan diberikan pembalasan dan bagi yang mengingkari
perintah Tuhan pun diberikan pembalasan dan pembalasan yang diberikan adalah
balasan yang seimbang, yaitu siksaan di neraka.
Pembalasan
disebabkan oleh adanya pergaulan. Pergaulan yang bersahat mendapat balasan yang
bersahabat. Sebaliknya, pergaulan yang penuh kecurigaan menimbulkan balasan
yang tidak bersahabat pula.
Pada
dasarnya, manusia adalah makhluk moral dan makhluk social. Dalam bergaul, manusia
harus mematuhi norma-norma untuk mewujudkan moral itu. Bila manusia baerbuat
amoral, lingkunganlah yang menyebabkannya. Perbuatan amoral pada hakikatnya
adalah perbuatan yang melanggar atau memperkosa hak dan kewajiban manusai lain.
Oleh karena itu setiap
manusia tidak mengkehendaki hak dan kewajibannya dilanggar atau diperkosa, maka
manusia berusaha mempertahankan hak dan kewajibannya itu. Mempertahankan hak
dan kewajiban itu adalah pembalasan.
Dapat disimpulkan bahwa :
Pembalasan itu ada yang
bersifat positif dan ada yang bersifat negatif. Pembalasan yang bersifat
positif ialah pembalasan yang dilakukan atas dasar saling menjaga dan merhagai
hak dan kewajiban masing-masing.
Dalam Al-Qur’an pun terdapat ayat-ayat yang
menyatakan bahwa Tuhan mengadakan pembalasan. Bagi yang bertakwa kepada Tuhan
diberikan pembalasan dan bagi yang mengingkari perintah Tuhan pun diberikan
pembalasan dan pembalasan yang diberikan adalah balasan yang seimbang, yaitu
siksaan di neraka.
Pembalasan disebabkan
oleh adanya pergaulan. Pergaulan yang bersahat mendapat balasan yang
bersahabat. Sebaliknya, pergaulan yang penuh kecurigaan menimbulkan balasan
yang tidak bersahabat pula.
Pada dasarnya, manusia
adalah makhluk moral dan makhluk social. Dalam bergaul, manusia harus mematuhi
norma-norma untuk mewujudkan moral itu. Bila manusia baerbuat amoral,
lingkunganlah yang menyebabkannya. Perbuatan amoral pada hakikatnya adalah
perbuatan yang melanggar atau memperkosa hak dan kewajiban manusai lain.
Oleh karena itu setiap
manusia tidak mengkehendaki hak dan kewajibannya dilanggar atau diperkosa, maka
manusia berusaha mempertahankan hak dan kewajibannya itu. Mempertahankan hak
dan kewajiban itu adalah pembalasan.
Perhitungan
(hisab)
Setelah
kita membahas kejujuran dan kecurangan. Maka kejujuran dan kecurangan yang
sudah kita lakukan akan ada masa dimana semuanya diadili seadil-adilnya. Dalam
islam kita kenal yaitu Yaumul hisab yaitu hari perhitungan segala amal dan
perbuatan kita semasa hidup kita didunia. Disini manusia yang telah meninggal
akan di hitung semua amal baik dan buruknya jika amal baiknya lebih banyak maka
ia akan masuk surga dan jika amal buruknya jauh lebih banyak maka akan masuk
neraka, di neraka inilah hati kita akan dibersihkan dan kita akan
mempertanggung jawabkan apa yang telah kita lakukan dimuka bumi.
Nama baik
merupakan suatu pencapaian atau tujuan utama orang hidup.nama baik biasa juga
di sebut nama yang tidak tercela.setiap orang menjaga dengan hati-hati agar
namanya baik atau tidak tercemar nama baik nya.lebih lebih jika dia menjadi
teladan bagi orang atau tetangga di sekitarnya adalah suatu kebangganan batin
yang tidak ternilai harga nya.penjagaan nama baik erat hubungan nya dengan
tingkah laku atau perbuatan.baik atau tidak nya nama kita bergantung kepada
diri kita sendiri menyikapi dan menjalani kehidupan kita bersosialisai atau
bermasyarakat di sekitar kita.sebaiknya kita bersiakap baik kepada semua agar
kita mendapatkan nama baik di lingkungan masyarakat.atau boleh dikatakan nama
baik atau tidak baik ini adalah tingkah lau atau perbuatan nya.
Yang di maksud dengan tingkah laku dan
perbuatan itu antara lain cara berbahasa,cara bergaul,sopan santun,displin
pribadi.cara menghadapi orang perbuatan perbuatan yang di halalkan agama dan
sebagai.yg dimaksud dengan dihalalkan agama ialah berbuat baik kepada semua
orang agar dapat di hargai orang dan mendapatkan nama baik.pada hakekat nya
pemulihan nama baik adalah kesadaran manusia akan segala kesalahan nyaa apa
yang di perbuatnya tidak sesuai dengan ukuran moral atau tidak sesuai dengan
akhlak baik,tetapi orang itu dapat memulihkan nama baiknya itu kembali dengan
tidak melakukan hal yang tidak baik atau hal yang dapat meresahkan masyarakat
dan membuktikan kepada masyarakat tersebut bahwa ia tidak akan mengulangi
kembali hal tersebut.melakukan itu tidak hanya dilakukan di lisan saja tetapi
mesti dibuktikan juga pada lingkungan masyarakat.
Cara yang lain juga untuk memulihkan
nama baik manusia harus bertobat dan meminta maaf.yang dimaksud juga tidak
hanya dilakukan di lisan melainkan bertingkah laku sopan,ramah,berbuat darma
dengan memberikan kebajikan dan pertolongan kepada sesame hidup yang perlu di
tolong dengan penuh kasih sayang , tanpa pamrih,takwa terhadap tuhan dan
mempunyai sikap rela,tawakal,jujur,adil,dan budi luhur selalu di pupuk atau
ditanamkan sejak dini contoh dari sikap
rela ialah membantu orang lain tanpa haru meminta imbalan atau sebagainya.
Hakekat
nama baik
Pada
hakikatnya pemulihan nama baik itu adalah kesadaran yang disadari oleh manusia
karena dia melakukan kesalahan di dalam hidupnya bahwa perbuatan yang
dialakukan tersebut tidak sesuai dengan norma-norma atau aturan-aturan yang ada
di negri ini,selain itu perbuatan yang menyebabkan hilangnya nama baik
seseorang adalah karena perbuatan mereka lakukan itu tidak sesuai dengan
akhalakul karimah (akhlak yang baik menurut sifat-sifat Rasuluallah Saw).bahwa semua
sesuatu perlakuan yang baik terhadap semua orang dapat berpengaruh terhadap
diri kita,maksud dapat berpengaruh
terhadap diri kita adalah kita akan mandapatkan nama baik di lingkungan social
atau di lingkungan masyarakat sekitar kita,oleh karena itu lakukan perbuatan
baik karena perbuatan baik itu dapat berpengaruh terhadap nama baik kita.
Pengertian
tentang pembalasan
Pembalasan
adalah membalas perbuatan orang lain yang pernah dilakukan kepadanya.dalam
islam pembalasan adalah tindakan yang tidak terpuji,lebih baik menyadarkan
kepada orang tua itu bahwa perbuatan nya tidak baik.di dalam setiap agama kita
pun diwajibkan harus baik dan menolong kepada sesame.setiap perbuatan yang
tidak baik (jahat)kita tidak boleh membalas perbuatan itu dengan tidak baik
bahkan sebaliknya kita harus membalas perbuatan itu dengan yang
baik-baik,karena kita setiap manusia tidak diajarkan untuk membalas kembali
perbuatan yang tidak baik,semua perbuatan yang membalas atau pembalasan adalah
sikap tidak terpuji.
Hal-hal yang menyebabkan pembalasan ialah
1.orang itu tidak terima karena diperlakukan dengan semena-mena
2.dendam
3.juga
karena hasutan teman
Salah satu
contoh pembalasan ialah,ada dua kubu mayarakat yang saling bentrok karena hal
sepele,dan datanglah aparat yang mengamankan kejadian tersebut.tetapi
keesokannya kubu yang 1 datang kembali
kekampung kubu yang satunya lagi untuk membalas dendam,karena tidak terima
dengan masalah yang kemarin.
Dalam Al-Qur'an terdapat ayat-ayat yang menyatakan
bahwa Tuhan mengadakan pembalasan. Bagi yang bertakwa kepada Tuhan diberikan
pembalasan dan pembalasan yang diberikan pun pembalasan yang seimbang, yaitu
siksaan di neraka.Pembalasan disebabkan oleh adanya pergaulan. Pergaulan yang
bersahabat mendapat balasan yang bersahabat. Sebaliknya, pergaulan yang penuh
kecurigaan menimbulkan balasan yang tidak bersahabat pula.
Pada dasarnya, manusia adalah makhluk moral dan makhluk sosial. Dalam bergaul,
manusia harus mematuhi norma-norma untuk mewujudkan moral itu. Bila manusia
berbuat amoral, lingkunganlah yang menyebabkannya. Perbuatan amoral pada
hakekatnya adalah perbuatan yang melanggar atau mengambil hak dan kewajiban
manusia lain. Pembalasan muncul karena adanya sebuah reaksi atau perbuatan
orang lain terhadap seseorang. Pembalasan merupakan sifat alamiah yang dimiliki
oleh manusia dan bentuknya berbeda-beda tergantung reaksi atau perbuatan apa
yang telah dilakukan orang lain terhadap seseorang tersebut ada yang bersifat
positif maupun negatif. Pembalasan yang mungkin terjadi dapat berupa perbuatan
serupa, perbuatan yang seimbang, tingkah laku yang serupa, maupun tingkah laku
yang seimbang.