I. Stress
A. Arti Penting
Stress
Stres
adalah suatu kondisi anda yang dinamis
saat seorang
individu dihadapkan pada
peluang, tuntutan, atau
sumber daya yang terkait dengan apa yang
dihasratkan oleh
individu itu dan yang hasilnya dipandang tidak
pasti dan penting. Stress adalah beban rohani yang melebihi kemampuan maksimum
rohani itu sendiri, sehingga perbuatan kurang terkontrol secara sehat.
Stres
tidak selalu buruk, walaupun biasanya dibahas dalam konteks negatif, karena
stres memiliki nilai positif ketika menjadi peluang saat menawarkan
potensi hasil.
Sebagai contoh, banyak
profesional memandang
tekanan berupa beban kerja yang berat dan
tenggat waktu yang mepet sebagai
tantangan positif yang menaikkan mutu pekerjaan
mereka dan kepuasan yang mereka dapatkan dari pekerjaan mereka.
Stres
bisa positif dan bisa negative. Para peneliti berpendapat bahwa stres
tantangan, atau stres yang menyertai tantangan di
lingkungankerja,
beroperasi sangat berbeda dari stres hambatan, atau stres yang menghalangi
dalam mencapai tujuan.Meskipun
riset mengenai stres tantangan dan stres
hambatan baru tahap permulaan, bukti awal menunjukan bahwa stres tantangan
memiliki banyak implikasi yang lebih sedikit negatifnya dibanding stres
hambatan.
B. Tipe-tipe stress
Positif stres bisa membantu kita melakukan perubahan
dalam hidup. Tak sedikit yang berganti profesi atau menemukan jalan keluar yang
jitu dari suatu masalah. Positif stres juga membantu kita menyadari ada sesuatu
yang salah dan harus diperbaiki. Penemuan-penemuan penting dalam bidang teknologi
atau disain kreatif biasanya berasal dari stres tipe ini.
Yang
termasuk dalam kelompok negatif stres diantaranya adalahdistress.
Perasaan stres ini muncul saat seseorang sedang frustasi, takut, atau punya
kemarahan yang belum dilampiaskan. Bila terlalu sering mengalami distress, akibatnya
adalah tekanan mental. Kemudian ada juga understress, yang
terjadi saat seseorang mulai kehilangan tantangan. Manajemen kantor yang salah
atau minimnya kesempatan untuk berpartisipasi dan menunjukkan skill sering menyebabkan stres tipe ini. Understressbisa mendorong kita pada masalah baru. Jenuh dan
perasaan tak berdaya adalah dua efek dari stres ini, akibatnya kita jadi
kehilangan motivasi untuk bekerja.
Tipe
negatif stres terakhir adalah over-stress. Stres
ini terjadi setelah seseorang bekerja keras atau berusaha berlebihan untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan demi memenuhi tenggat. Kondisi ini terus berulang
karena kita tak punya waktu untuk break dan menarik napas sejenak, sehingga
pikiran kita hanya terfokus pada cara menyelesaikan pekerjaan secepat mungkin. Over-stress bisa berakibat pada berkurangnya kemampuan atau kreatifitas
c. Symptom
reducing respons terhadap stress
Macam
penyesuaian diri terhadap stres, ada dua yaitu:
a.
Penyesuaian yang bersifat mengurangi atau memperlemah simtom stres
b.
Penyesuaian yang sifatnya berusaha atau membantu mengatasi secara lebih terarah
sumber stres yang ada, disebut dengan penyesuaian efektif.
· Penyesuaian yang bersifat mengurang
simtom stress
Dibagi
menjadi dua macam, yaitu :
1)
Yang bersifat tak disadari: seringkali dilakukan adalah defense mechanism
(mekanisme pertahanan diri atau ego).
2)
Yang bersifat disadari: membicarakannya dengan orang lain
d. Pendekatan problem solving
tindakan stress
Strategi koping yang berhasil mengatasi stres harus memiliki empat
komponen pokok:
Peningkatan kesadaran terhadap masalah: mengetahui dan memahami
masalah serta teori yang melatarbelakangi situasi yang tengah berlangsung.
1. Pengolahan informasi: suatu pendekatan dengan cara mengalihkan
persepsi sehingga ancaman yang ada akan diredam. komponen ini meliputi
pengumulan informasi dan pengkajian sumber daya yang ada untuk memecahkan
masalah.
2. Pengubahan perilaku: suatu tindakan yang dipilih secara sadar dan
bersifat positif, yang dapat meringankan, meminimalkan, atau menghilangkan
stressor.
3. Resolusi damai: suatu perasaan bahwa situasi telah berhasil di
atasi.
2. Hubungan
Interpersonal
A. Model-model hubungan interpersonal
Model
hubungan komunikasi interpersonal tersebut meliputi:
·
model pertukaran sosial
(social exchange model)
Dikenal dengan istilah
social exchange model biasanya mengidentikkan hubungan interpersonal dengan
suatu transaksi dagang (tawar menawar).
·
model peranan (role
model)
Jadi, dalam setiap
hubungan individu memiliki perannya masing-masing sesuai dengan ekspektasi peranannya
(role expectation) dan tuntutan peranan (role demands).
·
model permainan (games
people play model)
Teori analisis
transaksional telah menjadi salah satu teori komunikasi antarpribadi yang
mendasar. Dan analisis transaksional adalah salah satu pendekatan Psychotherapy
yang menekankan pada hubungan interaksional.
·
model interaksional
(interactional model).
Dalam model ini memandang
hubungan interpersonal sebagai suatu sistem. Transaksi disini dalam komunikasi
kemudian disetarakan artinya sebagai suatu proses sebab akibat atau aksi reaksi.
B.
Pembentukan
kesan dan ketertarikan interpersonal
Adapun tahap-tahap hubungan
interpersonal yakni meliputi :
1. Pembentukan.
Tahap ini sering disebut
juga dengan tahap perkenalan. Beberapa peneliti telah menemukan hal-hal menarik
dari proses perkenalan. Fase pertama, “fase kontak yang permulaan”, ditandai
oleh usaha kedua belah pihak untuk menangkap informasi dari reaksi kawannya.
Masing-masing pihak berusaha menggali secepatnya identitas, sikap dan nilai
pihak yang lain. Bila mereka merasa ada kesamaan, mulailah dilakukan proses
mengungkapkan diri. Pada tahap ini informasi yang dicari meliputi data
demografis, usia, pekerjaan, tempat tinggal, keadaan keluarga dan sebagainya.
Menurut Charles R. Berger
informasi pada tahap perkenalan dapat dikelompokkan pada tujuh kategori, yaitu:
a) informasi demografis.
b) sikap dan pendapat (tentang orang atau
objek).
c) rencana yang akan datang.
d) kepribadian.
e) perilaku pada masa lalu.
f) orang lain serta,
g) hobi dan minat.
2. Peneguhan Hubungan.
Hubungan interpersonal
tidaklah bersifat statis, tetapi selalu berubah. Untuk memelihara dan
memperteguh hubungan interpersonal, diperlukan tindakan-tindakan tertentu untuk
mengembalikan keseimbangan. Ada empat faktor penting dalam memelihara
keseimbangan ini, yaitu:
a) keakraban (pemenuhan kebutuhan akan kasih
sayang antara komunikan dan komunikator).
b) Kontrol (kesepakatan antara kedua belah
pihak yang melakukan komunikasi dan menentukan siapakah yang lebih dominan
didalam komunikasi tersebut).
c) respon yang tepat (feedback atau umpan
balik yang akan terima jangan sampai komunikator salah memberikan informasi
sehingga komunikan tidak mampu memberikan feedback yang tepat).
d) nada emosional yang tepat (keserasian
suasana emosi saat komunikasi sedang berlangsung).
C. Intimasi dan hubungan pribadi
Pendapat beberapa ahli mengenai
intimasi, di antara lain yaitu :
a)
Shadily dan Echols (1990) mengartikan intimasi sebagai kelekatan yang
kuat yang didasarkan oleh saling percaya dan kekeluargaan.
b)
Sullivan (Prager, 1995) mendefinisikan intimasi sebagai bentuk tingkah
laku penyesuaian seseorang untuk mengekspresikan akan kebutuhannya terhadap
orang lain.
c)
Steinberg (1993) berpendapat bahwa suatu hubungan intim adalah sebuah
ikatan emosional antara dua individu yang didasari oleh kesejahteraan satu sama
lain, keinginan untuk memperlihatkan pribadi masing-masing yang terkadang lebih
bersifat sensitif serta saling berbagi kegemaran dan aktivitas yang sama.
d)
Levinger & Snoek (Brernstein dkk, 1988) merupakan suatu bentuk
hubungan yang berkembang dari suatu hubungan yang bersifat timbal balik antara
dua individu. Keduanya saling berbagi pengalaman dan informasi, bukan saja pada
hal-hal yang berkaitan dengan fakta-fakta umum yang terjadi di sekeliling
mereka, tetapi lebih bersifat pribadi seperti berbagi pengalaman hidup,
keyakinan-keyakinan, pilihan-pilihan, tujuan dan filosofi dalam hidup. Pada
tahap ini akan terbentuk perasaan atau keinginan untuk menyayangi,
memperdulikan, dan merasa bertangung jawab terhadap hal-hal tertentu yang
terjadi pada orang yang dekat dengannya.
e)
Atwater (1983) mengemukakan bahwa intimasi mengarah pada suatu hubungan
yang bersifat informal, hubungan kehangatan antara dua orang yang diakibatkan
oleh persatuan yang lama. Intimasi mengarah pada keterbukaan pribadi dengan
orang lain, saling berbagi pikiran dan perasaan mereka yang terdalam. Intimasi
semacam ini membutuhkan komunikasi yang penuh makna untuk mengetahui dengan
pasti apa yang dibagi bersama dan memperkuat ikatan yang telah terjalin. Hal
tersebut dapat terwujud melalui saling berbagi dan membuka diri, saling menerima
dan menghormati, serta kemampuan untuk merespon kebutuhan orang lain.
sumber:
Dewi, K.S.(2012). Kesehatan Mental. Semarang: Universitas Diponegoro
http://dinadiansari.tumblr.com/post/48268751019/stress
http://shafashan15.blogspot.com/2012/04/hubungan-interpersonal.html
mti.ugm.ac.id/~priyoatmojo/materi/kip/03.pdf