Rabu, 17 Oktober 2012

manusia dan keadilan


Pengertian keadilan.
Keadilan
            Makna kata adil memiliki arti seimbang, tidak berat sebelah, tidak memihak yang salah atau benar. Bahkan kata adil dapat diartikan sebagai sesuatu yang harusnya terjadi, tidak sewenang wenang. Keadilan pada hakikatnya adalah memperlakukan seseorang atau pihak lain sesuai dengan haknya. Hakikat keadilan dalam pancasila, UUD 1945, dan GBHN, kata adil terdapat pada:
1.      Pancasila yaitu sila kedua dan kelima.
2.      Pembukaan UUD 1945 yaitu alinea 11 dan 1V.
3.      GBHN 1999-2004 tentang visi.

Keadilan sosial
            Keadilan sosial mengandung arti memelihara hak hak individu dan memberikan hak hak kepada setiap orang yang berhak menerima karena manusia adalah makhluk sosial, makhluk yang tidak bisa berdiri sendiri dalam memenuhi segala kebutuhannya. Inilah salah satu alasan Allah menciptakan manusia dalam beragam warna suku dan bahasa, suku dan ras, agar tercipta sebuah kebersamaan dan keharmonisan diantara manusia yang saling memenuhi kebutuhan masing masing maka kebersamaan dan ketergantungan tercipta dan ini merupakan Allah yang maha adil.

Kejujuran
            Kejujuran termasuk perbuatan yang terpuji. Kejujuran atau jujur berarti apa yang dikatakannya sesuai dengan kenyataan yang ada. Sedang kenyataan yang ada itu adalah kenyataan yang benar-benar ada. Jujur juga berarti seseorang bersih hatinya dari perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama dan hukum. Untuk itu dituntut satu kata dan perbuatan, yang berarti bahwa apa yang dikatakan harus sama dengan perbuatannya. Karena itu jujur berarti juga menepati jani atau kesanggupan yang terlampitr melalui kata-kata ataupun yang masih terkandung dalam hati nuraninya yang berupa kehendak, harapan dan niat. Seseorang yang tidak menepati niatnya berarti mendustai diri sendiri. Apabila niat telah terlahir dalam kata-kata, padahal tidak ditepati, maka kebohongannya disaksikan oleh orang lain. Sikap jujur perlu dipelajari oleh setiap orang, sebab kejujuran mewujudkan keadilan, sedangkan keadilan menuntut kemulian abadi, jujur memberikan keberanian dan ketentraman hati, serta menyucikan lagi pula membuat luhurnya budi pekerti.
            seseorang mustahil dapat memeluk agama dengan sempurna, apa bila lidahnya tidak suci. Teguhlah pada kebenaran, sekalipun kejujuran dapat merugikanmu, serta jangan pula berdusta, walaupun dustamu dapat menguntunganmu. Barang siapa bertindak sesuai dengan kenyataan artinya orang itu berbuat benar, maka sungguh dapat sempurna. (Suryadi.1986).

kecurangan
            kecurangan adalah termasuk perbuatan tercela. Kecurangan atau curang identik dengan ketidakjujuran atau tidak jujur, dan sama pula dengan licik, meskipun tidak serupa benar. Sudah tentu kecurangan itu adalah lawan kata dari kejujuran.
            Curang atau kecurang artinya apa yang dikatakan tidak sesuai dengan hati nuraninya. Atau, orang itu memang dari hatinya sudah berniat curang dengan maksud memperoleh keuntungan tanpa bertenaga dan usaha? Sudah tentu keuntungan itu diperoleh dengan tidak wajar. Yang dimaksud dengan keuntrungan idi sini adalah keuntungan yang berupa materi. Mereka yang berbuat curang menganggap akan mendatangkan kesenangan atau keenakan,meskipun orang lain menderita karena ulahnya.
            Kecurangan menyebabkan manusian menjadi serakah, tamak, ingin menimbun kekayaan yang berlebihan dengan tujuan agar dianggap sebagai orang paling hebat, paling kaya, dan senang bila masyarakat di sekelilingnya hidup menderita. Orang seperti itu biasanya tidak senang bila ada yang melebihi kekayaannya. Padahal agama apa pun tidak membenarkan orang yang mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya tanpa menghiraukan orang lain, lebih pula mengumpulkan harta dengan cara yang curang. Hal semacam itu salam istilah agama tidak diridhoi Tuhan.
            Bermacam-macam sebab orang melakukan kecurangan. Ditinjau dari hubungan manusia dengan alam sekitarnya, ada empat aspek yakni ekonomi, aspek kebudayaan, aspek peradaban dan aspek teknik. Apabila keempat aspek tersebut dilaksanakan secara wajar, maka segalanya akan berjalan sesuai dalam hatinya telah digerogoti jiwa tamak, iri, dengki, maka manusia akan melakukan perbuatan yang melanggar norma tersebut, dan terjadilah kecurangan.
            Tentang baik dan buruk ini Pujowiyatno dalam bukunya “Filsafat sana-sini” menjelaskan bahwa perbuatan yang sejenis dengan pebuatan curang, misalnya membohong, menipu, merampas, memalsu, dan yang lain adalah bersifat buruk. Lawan kata buruk sudah pasti baik. Baik buruk itu berhubungan dengan kelakuan manusia. Pada diri manusia seakan-akan terjadi peperangan, ada perlawanan antara yang baik yang buruk. Baik merupakan tinggkah laku, karena itu diperlukan untuk menilainya. Namun, sukarlah untuk mengajukan ukuran penilaian mengenai hal yang penting ini.
            Dalam soal pewayangan  baik dan buruk ini juga diajukan tidak secara teori, juga tidak ditunjuk jelas apakah yang menjadi ukuran baik. Namun terang sekali ajaran pewayangan secaran kongkret, ksatria yang dianggap wakil kebaikan, kalau berperang dengan raksasa sebagai wakil kebaikan, itu tentu menang; tidak selalu segera, tetapi kemenangan terakhir tentulah kebaikan.
            Malah ada beberapa sarjana yang mengatakan bahwa pewayangan itu hanya menggambarkan peperangan antara yang baik dan buruk. Mungkin ini secara Barat banyak benarmya, kami katakana secara Barat, karena pikiran orang Barat suka kepada yang abstrak, belaku umum. Tetapi kalau ditinjau dari segi alam pewayangan itu sendiri, kami rasa kurang cocok, karena di situ serba konkret dan serba tertentu dan kalau hendak mencari yang umum dari yang konkret itu, diserahkan saja pada penonton wayang. Biasanya intipun tidak terlalu perlu, karena dalam tingkah laku yang sebenarnyaitu konkret pula.
            Dalam tingkah laku yang konkret itu ternyata sulit untuk membedakan mana tingkah laku yang baik dan mana yang sebaliknya. Mungkin saja dicarikan alas an-alasan yang menerangkan bahwa yang buruk itu baik juga, tetapi akhirnya itu juga akan nyata buruknya. Dalam bahasa jawa ada ungkapan “Becik ketitik, ala ketara”, artinya yang baik akan nampak dan yang pun juga akan nampak. Siapa yang baik, dan siapa yang buruk tingkah lakunya?
            Pertunjukan wayang dalam ceritera-ceritera itu sudah tua sekali dan waktu itu masih zaman feudal. Yang dianggap baik adalah raja. Raja tidak dapat keliru serba benar dan serba baik.
            Dalam pewayangan, yang baik ialah raja pewayangan, tidak semua raja, melainkan raja tanah Jawa, itulah yang sebenarnya raja. Semua peristiwa dalam pewayangan terjadi di tanah Jawa atau sehubungan dengan tanah Jawa. Itu tentu tidak perlu Jawa geografik sekarang ini, tetapi tanah Jawa perwayangan.
            Kalau demikian yang melawan tanah Jawa itu, yang hendak merusak dan menjajah, mau menfitnah, semuanya yang melawan raja itu berarti melawan yang baik dan dengan demikian burulah ia sehingga akhirnya tentu kalah juga.
            Dalam pewayangan, terutama wayang purwa, lakon-lakon diangkat dari siklus Pandawa sebab raja-rajanya itu menurut kepercayaan mereka juga keturunan Wisnu. Dalam lakon-lakon itu, Pandawa  juga selalu baik, serba jujur, tulus, kuasa tetapi sederhana, suka member pertolongan juga kepada dewa kalau ada kesulitan.
            Sebaliknya, Kurawa merupakan penjelmaan buruk, tidak jujur, tidak tahu apa-apa, tidak dapat perang, kalau berperang selalu kalah. Rajanya waktu heandak kawin saja harus ditolong oleh Harjuna.
            Penasihatnya, Pandita Dorna. Itu pun pendeta yang jujur, bukan ahli tapa, tetapi iri hati, congkak. Hanya pembicaraannya yang muluk-muluk, tetapi sebetulnya tak berarti sehingga ia bukanlah pendeta yang sebenarnya karena tidak mencari kebenaran.
            Yang diutaran di atas itu tidak semuanya sesuai dengan ceritera dalam sumber ceritera-ceritera itu. Penjelasan itu hanya bertujuan menerangkan adanya perlawanan baik dan buruk, dan perlawanan ini total, lebih dari bumi langit atau terang dan gelap, melainkan baik lawan tidak baik, buruk.
Dapat disimpulkan bahwa      :
            Kecurangan dan sifat-sifat jahat yang serupa seperti penipuan, pemalsuan, pembohongan, perampokan, dan lainlain merupakan bagian hidup manusia.
            Bermacam-macam sebab orang melakukan kecurangan. Ditinjau dari hubungan manusia dengan alam sekitarnya, ada empat aspek yakni aspek ekonomi, aspek kebudayaan, aspek peradaban, dan aspek taknik. Apabila keempat aspaek tersebut dilaksakan secara wajar, maka segalanya akan berjalan sesuai norma-norma moral atau norma hokum. Akan tetapi, apabila manusia dalam hatinya telah digerogoti jiwa iri, tamak, dengki,maka manusi akan melakukan perbuatan yang melanggar norma tersebut, dan terjadilah kecurang.
            Selain dari pada itu, kehidupan selalu ada baik dan buruk. Dalam konflik, yang baik selalu menang, meskipun pada awalnya kalah. Yang baik itulah yang sesuai dengan kata hati. Seperti halnya Rahwana yang tidak baik, maka adiknya Kumbakarna dan Wibisana tak mau mereka membela yang tidak baik  karena kedua adiknya mengikuti kata hati.
            Kecurang banyk menimbulkan kreatifitas bagi seniman. Oleh karena itu, banyak hasil seniman yang lahir dari imajinasi kecurangan. Hasil seni itu, antara lain seni tari (sendratari), seni sastra (novel, roman, cerpen), drama, film, filsafat, dan lain-lain.

Pembalasan
            Pembalasan ialah suatu reaksi atas perbuatan orang lain. Reaksi itu dapat berupa perbuatan yang serupa, perbuatan yang seimbang, tingkah laku yang serupa, tingkah laku yang seimbang.
            Sebagai contoh, A memberikan makanan kepada B. di lain kesempatan B memberikan minuman kepada A. Perbuatan tersebut merupakan perbuatan serupa, dan ini merupakan pembalasan.
            A memberikan baju kepada B pada hari ulang tahunnya. Pada hari ulang tahun A, B memberikan tas sekolah kepada A. kedua perbuatan ini adalah perbuatan yang seimbang.
            Dalam film “Nasib si Miskin” tokoh Iwan ditolong oleh Yus. Pada waktu Yus sakit, Iwan merawat dan membelikan obat, bahkan menganggap kakak sendiri. Pembalasan tersebut merupakan pembalasan yang positif dan merupakan tindakan yang sesuai dengan jasanya.
            Pembalasan yang negatif, secara sederhana dapat diberikan contoh sebagai berikut : A memukul B, B membalas memukul A. Contoh lain dalam film “Nila di Daun Putih”,ibu Dewi dihina oleh Henry,paman Lukman. Lukman adalah pacar Dewi. Ibu Dewi marah berteriak histeris karena merasa sakit hati. Perbuatan tersebut merupakan perbuatan yang seimbang.
            Dalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang menyatakan bahwa Tuhan mengadakan pembalasan. Bagi yang bertakwa kepada Tuhan diberikan pembalasan dan bagi yang mengingkari perintah Tuhan pun diberikan pembalasan dan pembalasan yang diberikan adalah balasan yang seimbang, yaitu siksaan di neraka.
            Pembalasan disebabkan oleh adanya pergaulan. Pergaulan yang bersahat mendapat balasan yang bersahabat. Sebaliknya, pergaulan yang penuh kecurigaan menimbulkan balasan yang tidak bersahabat pula.
            Pada dasarnya, manusia adalah makhluk moral dan makhluk social. Dalam bergaul, manusia harus mematuhi norma-norma untuk mewujudkan moral itu. Bila manusia baerbuat amoral, lingkunganlah yang menyebabkannya. Perbuatan amoral pada hakikatnya adalah perbuatan yang melanggar atau memperkosa hak dan kewajiban manusai lain.
Oleh karena itu setiap manusia tidak mengkehendaki hak dan kewajibannya dilanggar atau diperkosa, maka manusia berusaha mempertahankan hak dan kewajibannya itu. Mempertahankan hak dan kewajiban itu adalah pembalasan.
Dapat disimpulkan bahwa      :
Pembalasan itu ada yang bersifat positif dan ada yang bersifat negatif. Pembalasan yang bersifat positif ialah pembalasan yang dilakukan atas dasar saling menjaga dan merhagai hak dan kewajiban masing-masing.
              Dalam Al-Qur’an pun terdapat ayat-ayat yang menyatakan bahwa Tuhan mengadakan pembalasan. Bagi yang bertakwa kepada Tuhan diberikan pembalasan dan bagi yang mengingkari perintah Tuhan pun diberikan pembalasan dan pembalasan yang diberikan adalah balasan yang seimbang, yaitu siksaan di neraka.
Pembalasan disebabkan oleh adanya pergaulan. Pergaulan yang bersahat mendapat balasan yang bersahabat. Sebaliknya, pergaulan yang penuh kecurigaan menimbulkan balasan yang tidak bersahabat pula.
Pada dasarnya, manusia adalah makhluk moral dan makhluk social. Dalam bergaul, manusia harus mematuhi norma-norma untuk mewujudkan moral itu. Bila manusia baerbuat amoral, lingkunganlah yang menyebabkannya. Perbuatan amoral pada hakikatnya adalah perbuatan yang melanggar atau memperkosa hak dan kewajiban manusai lain.
Oleh karena itu setiap manusia tidak mengkehendaki hak dan kewajibannya dilanggar atau diperkosa, maka manusia berusaha mempertahankan hak dan kewajibannya itu. Mempertahankan hak dan kewajiban itu adalah pembalasan.

Perhitungan (hisab)
Setelah kita membahas kejujuran dan kecurangan. Maka kejujuran dan kecurangan yang sudah kita lakukan akan ada masa dimana semuanya diadili seadil-adilnya. Dalam islam kita kenal yaitu Yaumul hisab yaitu hari perhitungan segala amal dan perbuatan kita semasa hidup kita didunia. Disini manusia yang telah meninggal akan di hitung semua amal baik dan buruknya jika amal baiknya lebih banyak maka ia akan masuk surga dan jika amal buruknya jauh lebih banyak maka akan masuk neraka, di neraka inilah hati kita akan dibersihkan dan kita akan mempertanggung jawabkan apa yang telah kita lakukan dimuka bumi.

    Nama baik merupakan suatu pencapaian atau tujuan utama orang hidup.nama baik biasa juga di sebut nama yang tidak tercela.setiap orang menjaga dengan hati-hati agar namanya baik atau tidak tercemar nama baik nya.lebih lebih jika dia menjadi teladan bagi orang atau tetangga di sekitarnya adalah suatu kebangganan batin yang tidak ternilai harga nya.penjagaan nama baik erat hubungan nya dengan tingkah laku atau perbuatan.baik atau tidak nya nama kita bergantung kepada diri kita sendiri menyikapi dan menjalani kehidupan kita bersosialisai atau bermasyarakat di sekitar kita.sebaiknya kita bersiakap baik kepada semua agar kita mendapatkan nama baik di lingkungan masyarakat.atau boleh dikatakan nama baik atau tidak baik ini adalah tingkah lau atau perbuatan nya.
  
  Yang di maksud dengan tingkah laku dan perbuatan itu antara lain cara berbahasa,cara bergaul,sopan santun,displin pribadi.cara menghadapi orang perbuatan perbuatan yang di halalkan agama dan sebagai.yg dimaksud dengan dihalalkan agama ialah berbuat baik kepada semua orang agar dapat di hargai orang dan mendapatkan nama baik.pada hakekat nya pemulihan nama baik adalah kesadaran manusia akan segala kesalahan nyaa apa yang di perbuatnya tidak sesuai dengan ukuran moral atau tidak sesuai dengan akhlak baik,tetapi orang itu dapat memulihkan nama baiknya itu kembali dengan tidak melakukan hal yang tidak baik atau hal yang dapat meresahkan masyarakat dan membuktikan kepada masyarakat tersebut bahwa ia tidak akan mengulangi kembali hal tersebut.melakukan itu tidak hanya dilakukan di lisan saja tetapi mesti dibuktikan juga pada lingkungan masyarakat.
  
  Cara yang lain juga untuk memulihkan nama baik manusia harus bertobat dan meminta maaf.yang dimaksud juga tidak hanya dilakukan di lisan melainkan bertingkah laku sopan,ramah,berbuat darma dengan memberikan kebajikan dan pertolongan kepada sesame hidup yang perlu di tolong dengan penuh kasih sayang , tanpa pamrih,takwa terhadap tuhan dan mempunyai sikap rela,tawakal,jujur,adil,dan budi luhur selalu di pupuk atau ditanamkan sejak dini  contoh dari sikap rela ialah membantu orang lain tanpa haru meminta imbalan atau sebagainya.
Hakekat nama baik
   Pada hakikatnya pemulihan nama baik itu adalah kesadaran yang disadari oleh manusia karena dia melakukan kesalahan di dalam hidupnya bahwa perbuatan yang dialakukan tersebut tidak sesuai dengan norma-norma atau aturan-aturan yang ada di negri ini,selain itu perbuatan yang menyebabkan hilangnya nama baik seseorang adalah karena perbuatan mereka lakukan itu tidak sesuai dengan akhalakul karimah (akhlak yang baik menurut sifat-sifat Rasuluallah Saw).bahwa semua sesuatu perlakuan yang baik terhadap semua orang dapat berpengaruh terhadap diri kita,maksud  dapat berpengaruh terhadap diri kita adalah kita akan mandapatkan nama baik di lingkungan social atau di lingkungan masyarakat sekitar kita,oleh karena itu lakukan perbuatan baik karena perbuatan baik itu dapat berpengaruh terhadap nama baik kita.

Pengertian tentang pembalasan
  Pembalasan adalah membalas perbuatan orang lain yang pernah dilakukan kepadanya.dalam islam pembalasan adalah tindakan yang tidak terpuji,lebih baik menyadarkan kepada orang tua itu bahwa perbuatan nya tidak baik.di dalam setiap agama kita pun diwajibkan harus baik dan menolong kepada sesame.setiap perbuatan yang tidak baik (jahat)kita tidak boleh membalas perbuatan itu dengan tidak baik bahkan sebaliknya kita harus membalas perbuatan itu dengan yang baik-baik,karena kita setiap manusia tidak diajarkan untuk membalas kembali perbuatan yang tidak baik,semua perbuatan yang membalas atau pembalasan adalah sikap tidak terpuji.
Hal-hal yang menyebabkan pembalasan ialah
  1.orang itu tidak terima karena diperlakukan dengan semena-mena
  2.dendam
  3.juga karena hasutan teman
   Salah satu contoh pembalasan ialah,ada dua kubu mayarakat yang saling bentrok karena hal sepele,dan datanglah aparat yang mengamankan kejadian tersebut.tetapi keesokannya kubu yang  1 datang kembali kekampung kubu yang satunya lagi untuk membalas dendam,karena tidak terima dengan masalah yang kemarin.
Dalam Al-Qur'an terdapat ayat-ayat yang menyatakan bahwa Tuhan mengadakan pembalasan. Bagi yang bertakwa kepada Tuhan diberikan pembalasan dan pembalasan yang diberikan pun pembalasan yang seimbang, yaitu siksaan di neraka.Pembalasan disebabkan oleh adanya pergaulan. Pergaulan yang bersahabat mendapat balasan yang bersahabat. Sebaliknya, pergaulan yang penuh kecurigaan menimbulkan balasan yang tidak bersahabat pula.

Pada dasarnya, manusia adalah makhluk moral dan makhluk sosial. Dalam bergaul, manusia harus mematuhi norma-norma untuk mewujudkan moral itu. Bila manusia berbuat amoral, lingkunganlah yang menyebabkannya. Perbuatan amoral pada hakekatnya adalah perbuatan yang melanggar atau mengambil hak dan kewajiban manusia lain. Pembalasan muncul karena adanya sebuah reaksi atau perbuatan orang lain terhadap seseorang. Pembalasan merupakan sifat alamiah yang dimiliki oleh manusia dan bentuknya berbeda-beda tergantung reaksi atau perbuatan apa yang telah dilakukan orang lain terhadap seseorang tersebut ada yang bersifat positif maupun negatif. Pembalasan yang mungkin terjadi dapat berupa perbuatan serupa, perbuatan yang seimbang, tingkah laku yang serupa, maupun tingkah laku yang seimbang.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar